Setiap tahunnya, Indonesia menghadapi masa pancaroba yakni pergantian musim sebanyak 2 kali dalam setahun. Masa pancaroba di Indonesia umumnya terjadi pada bulan September hingga November yakni masa peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan, serta pada bulan Maret hingga April yang merupakan peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Masa pancaroba dikenal sebagai masa yang rentan terhadap munculnya berbagai jenis penyakit. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya imunitas manusia akibat pergantian cuaca yang ekstrem.
Sebuah survei dilakukan oleh Populix untuk mengetahui persiapan masyarakat Indonesia menghadapi masa pancaroba. Adapun data diambil dari Monthly Data Tracking Populix dalam kurun waktu Januari hingga Maret 2022. Hasilnya, panas dalam merupakan salah satu penyakit yang sering muncul akibat masa pancaroba di Indonesia.
Terjadi kenaikan pembelian produk kesehatan jelang masa pancaroba
Eileen Kamtawijoyo selaku Chief Operating Officer (COO) Populix dalam siaran pers 15 Juni 2022 mengungkapkan bahwa terjadi kenaikan pembelian larutan penyegar panas dalam sebesar 8 persen pada Maret 2022 dibandingkan dengan bulan Januari 2022.
Menilik Monthly Data Tracking Populix, sebesar 78 persen responden tercatat membeli larutan penyegar panas dalam setidaknya sebanyak 1 kali dalam sebulan dalam kurun waktu Januari hingga Maret 2022. Sementara itu, 30 persen di antaranya membeli larutan penyegar setidaknya 1 kali dalam seminggu.
Terkait anggaran yang dikeluarkan responden untuk membeli larutan penyegar, sebesar 92 persen responden merogoh biaya kurang dari Rp100.000 dalam sebulan.
Selain peningkatan pembelian larutan penyegar sebagai dampak penyakit panas dalam yang rentan muncul saat masa pancaroba, terdapat pula kenaikan pembelian multivitamin dan vitamin C sebagai upaya masyarakat untuk menjaga daya tahan tubuh.
Adapun kenaikan pembelian multivitamin dan vitamin C memiliki persentase yang sama yakni sebesar 11 persen pada Maret 2022 dibandingkan dengan Januari 2022. Terkait frekuensi pembelian, sebesar 90 persen responden membeli multivitamin dan vitamin C setidaknya sebanyak 1 kali dalam kurun waktu sebulan.
Sebesar 75 persen dan 62 persen responden menyediakan anggaran kurang dari Rp100.000 untuk membeli vitamin C dan multivitamin dalam kurun waktu sebulan. Namun di sisi lain, terdapat pula 31 persen responden yang menyediakan anggaran lebih sebesar Rp100.000 hingga Rp250.000 untuk membeli multivitamin.
Berdasarkan tempat pembelian, mayoritas responden membeli larutan penyegar panas dalam di minimarket dengan persentase sebesar 43 persen. Kemudian sebesar 38 persen responden membeli larutan penyegar di warung dan 11 persen di antaranya membeli di supermarket.
Terkait tempat pembelian multivitamin, mayoritas responden yakni sebesar 32 persen membeli multivitamin di minimarket. Kemudian sebesar 19 persen responden memilih untuk membeli multivitamin di apotek dan 16 persen di antaranya membeli di eCommerce.
Kemudian untuk vitamin C, sebagian besar responden yakni sebesar 37 persen membeli vitamin C di minimarket. Berikutnya sebesar 17 persen membeli vitamin C di apotek dan 14 persen responden memilih untuk membeli di supermarket.
Data ini kemudian menunjukkan bahwa responden cenderung membeli larutan penyegar dari lokasi terdekat karena membutuhkan produk tersebut untuk dikonsumsi secara cepat.
Imboost dan Enervon C multivitamin favorit masyarakat Indonesia
Temuan lebih lanjut dari hasil survei Populix mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah merek multivitamin yang paling banyak dipilih oleh masyarakat Indonesia. Imboost dan Enervon C jadi multivitamin terfavorit masyarakat Indonesia pada periode Januari hingga Maret 2022 dengan persentase sebesar 33 persen.
Berikutnya, multivitamin CDR menempati posisi berikutnya dengan raihan persentase sebesar 31 persen responden. Diikuti Hemaviton di posisi ke-4 dengan persentase sebesar 20 persen dan Redoxon di posisi ke-5 dengan raihan persentase sebesar 17 persen.
Pengambilan data dilakukan secara berkala pada 3 hingga 9 Januari dengan total responden sebanyak 1.002 orang, berikutnya pada tanggal 1 hingga 9 Maret 2022 dengan total 1.492 responden, dan terakhir pada 30 Maret hingga 1 April dengan total 1.023 responden yang berpartipasi dalam survei ini.
Penulis: Diva Angelia
Editor: Iip M Aditiya