Perusahaan rintisan digital startup tanah air tengah menjadi obrolan hangat di media sosial dalam kurun waktu terakhir. Pasalnya, kejadian pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang dilakukan oleh beberapa perusahaan startup diumumkan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Seperti yang diumumkan oleh salah satu perusahaan startup yang bergerak di bidang pendidikan Zenius Education resmi merumahkan 200 karyawan mereka karena terdampak dari kondisi perokonomian saat ini. Diikuti oleh beberapa perusahaan startup lainnya seperti LinkAja, Fabelio, TaniHub, UangTeman, hingga perusahaan startup setingkat Gojek dan Grab.
Peristiwa PHK massal ratusan karyawan ini kemudian menimbulkan banyak pertanyaan publik apa yang sebenarnya terjadi dengan kondisi perekonomian digital Indonesia saat ini.
Fenomena bubble burst dan PHK massal pegawai startup
Kondisi PHK massal yang terjadi ini disebut-sebut ada kaitannya dengan fenomena ledakan gelembung atau bubble burst yang terjadi di beberapa perusahaan startup. Bubble burst atau ledakan ini dapat dikatakan sebuah fenomena pertumbuhan ekonomi yang ditanpai dengan kenaikan nilai pasar yang sangat cepat, tetapi juga diiringi dengan penurunan yang sama cepat.
Mengutip laporan CNN Indonesia, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda menilai fenomena ekonomi bubble burst yang sedang melanda perusahaan startup disebabkan karena pertumbuhan perusahaan rintisan tidak sebanding dengan angka perusahaan pendanaan.
"Semakin banyak startup digital tapi perusahaan pendanaan tidak eksponensial penyalurannya karena semakin selektif juga" sebut Nailul pada CNN Indonesia, Kamis (26/5)
Para perusahaan pendanan atau investor kini lebih selektif untuk menanam modal di suatu perusahaan startup. Anjloknya saham perusahaan teknologi ini juga akan mempengaruhi kemampuan perusahaan modal dalam melakukan pendanaan startup.
Pendanaan startup diprediksi kian menyusut pada Q2 2022
Merilis data CB Insight menilai pendanaan startup global akan menyusut 19 persen secara kuartal (quarter-on-quarter/qoq) pada kuartal II 2022 mendatang.
Pendanaan venture capital untuk menanam modal di perusahaan startup global diprediksi akan mencapai 115,4 miliar dolar AS pada kuartal II 2022, nilainya turun dari 142,4 miliar dolar AS pada kuartal sebelumnya.
CB Insight mencatat, pendanaan hingga pertengahan kuartal II 2022 hanya ada sebesar 57,7 miliar dolar AS.
Penurunan indeks ini telah terjadi selama dua kuartal berturut-turut. Pendanaan kuartal I 2022 juga turut menunjukkan angka penurunan 20 persen dari senilai 179,6 miliar dolar AS pada kuartal IV 2021.
Terbatasnya kemampuan perusahaan pendanaan ini juga mempengaruhi ketahanan beberapa perusahaan startup di dunia. Seperti yang terjadi pada awal tahun 2022, korporasi teknologi sebesar Silicon Valley Amerika Serikat (AS) mencatat penurunan harga saham yang pada akhirnya juga berujung pada PHK massal karyawan.
PHK massal juga terjadi pada startup seluruh dunia
Silicon Valey, sebuah korporasi pusat inovasi di Amerika yang mencetak banyak perusahaan teknologi raksasa seperti Apple, Facebook, Google, Netflix, Tesla, Twitter, hingga Yahoo juga mengalami fase zombi unicorn atau kondisi perusahaan rintisan bernilai tinggi yang sedang goyah dan membutuhkan investor baru untuk menyelamatkan bisnis mereka.
Perusahaan rintisan lainnya yang mengalami gelombang PHK massal juga melanda beberapa perusahaan di dunia.
Layoffs.fyi dalam laporannya pada 25 Mei 2022 mencatat perusahaan startup di bidang properti Better.com melakukan PHK paling banyak yakni hingga 3.000 karyawan. Disusul oleh perusahaan Peloton dan Carvana yang juga berasal dari Amerika Serikat dengan masing-masing nilai sebanyak 2.800 dan 2.500 karyawan.
startup yang bergerak di bidang pendidikan asal India, Unacademy turut menambah jumlah PHK massal karyawan startup dunia yakni sejumlah 1.000 karyawan. Kemudian startup transportasi AS Reef memecat 750 karyawan mereka.
Layoffs.fyi mengumpulkan jumlah data PHK karyawan startup dengan memantau pemberitaan media massa sejak awal terjadinya pandemi Covid-19.
Sejak awal pemantauan pada bulan Maret 2020 sampai Mei 2022, ada sekitar 700 perusahaan startup di seluruh dunia yang telah melakukan pemecatan terhadap 118.645 karyawan.
Ledakan gelembung atau bubble burst yang tengah melanda dunia memang tidak bisa menjadi sepenuhnya alasan atas peristiwa PHK massal di beberapa perusahaan terkhusus perusahaan startup di Indonesia.
Faktor internal manajemen perusahaan juga menjadi penyebab PHK massal ini, seperti halnya melakukan penyesuaian bisnis, mengganti kebijakan perusahaan, meningkatkan pertumbuhan denan kegiatan Bussiness to Bussines (B2B), ketidakmampuan perusahaan memenuhi gaji karyawan, persaingan antar perusahaan dan alasan lainnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia menunjukkan indeks positif. Pertumbuhan ekonomi dan negara mitra dagang utama pada kuartal I 2022 mencapai 5,01 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di peringkat dua setelah Uni Eropa senilai 5,2 persen setiap tahun.
Meski begitu perusahaan startup dianjurkan untuk mengencangkan dana demi memperpanjang usia perusahaan.
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya