Tuberkulosis (TBC) merupakan sebuah penyakit yang menyerang paru-paru akibat bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyebaran TBC dapat melalui udara, saat pasien TBC batuk, bersin ataupun meludah sehingga kegiatan itu memperbesar kemungkinan kuman TBC mengudara. World Health Organization (WHO) menerangkan, penduduk dengan TBC aktif mampu menyebarkan infeksi pada 5-15 orang lain melalui kontak erat.
Disebutkan oleh WHO, orang yang terinfeksi TBC memiliki resiko sekitar 5-10% untuk mengidap TBC selama hidupnya, terlebih bagi manusia yang memiliki gangguan pada sistem kekebalan seperti orang HIV, malnutrisi, diabetes, hingga perokok ini memiliki resiko yang lebih besar untuk mengidap TBC.
Tren kasus TBC dalam 5 tahun terakhir
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) jumlah kasus TBC di Indonesia menampakkan tren fluktuatif. Hal ini dapat terlihat dari jumlah kasus pada 2018 mencapai 570 ribu kasus kemudian menurun sebanyak 1.302 menjadi 568 ribu kasus pada 2019 lalu.
Pada tahun 2020, jumlah kasus TBC juga tercatat menurun sebanyak 31% menjadi 393 ribu kasus saja. Di tahun kedua pandemi covid-19, angka kenaikan kasus TBC mulai terlihat. Sepanjang 2021 jumlah kasus TBC sebesar 443 ribu kasus atau mengalami kenaikan sebanyak 49 ribu kasus dibandingkan tahun sebelumnya.
Angka kenaikan TBC semakin menukik tajam pada 2022, tercatat sepanjang tahun kemarin sebanyak 717 ribu kasus TBC. Jumlah ini mengalami peningkatan hampir 162% dibandingkan tahun 2021.
Di tahun 2022 lalu, Indonesia juga masuk di posisi kedua sebagai negara dengan jumlah kasus TBC terbanyak di dunia, di bawah India.
"Indonesia menempati posisi kedua negara dengan beban TBC terbanyak di dunia,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Imran Pambudi dikutip dari CNN Indonesia saat webinar Kemenkes untuk menyambut Hari TBC Sedunia pada Jumat (24/3) .
Dalam kesempatan tersebut, Imran juga menyebut bahwa per Maret 2023 lalu, jumlah kasus TBC di Indonesia sudah menyentuh angka ratusan ribu.
"Dan data saat ini, per 2023 meskipun masih awal tahun yang tercatat itu kasus TBC baru ada 118.438 kasus," ujar Imran dikutip dari CNN Indonesia.
Pasien pada kelompok pekerja
Selain membicarakan jumlah kasus, Imran juga turut membahas mengenai kelompok yang menjadi paling banyak terjangkit penyakit TBC. Disebutkan bahwa kelompok pekerja merupakan kelompok dengan dominasi paling besar dalam penularan TBC di Indonesia.
Hal ini selaras dengan pernyataan WHO. Di mana penduduk dewasa yang berada di usia produktif merupakan kelompok yang paling banyak terserang, dengan 95% kasus serta kematian akibat TBC ini terjadi pada negara berkembang.
Kelompok pekerja disebut-sebut berkontribusi sekaligus mendominasi terhadap tingginya angka penularan TBC di Indonesia. Dari keseluruhan, terdapat 5 kelompok pekerja dengan kasus TBC terbanyak, mulai dari petani hingga Pegawai Negeri Sipil (PNS).
"Yang tertinggi itu di buruh, ada 54.887 kasus, disusul petani atau peternak atau nelayan sebanyak 51.941 kasus, wiraswasta 44.299 kasus, pegawai swasta atau BUMN/BUMD sebanyak 37.235 kasus dan PNS 4.778 kasus," kata Imran dikutip dari CNN Indonesia.
Tingginya kasus TBC di Indonesia telah menjadi salah satu masalah prioritas yang perlu ditangani di Indonesia.
Strategi penuntasan TBC sebelumnya sudah tertulis dalam Perpres nomor 67 tahun 2021 tentang Penanggulangan Tuberkulosis. Dalam perpres tersebut, ada beberapa strategi guna mengatasi TBC di Indonesia. Mulai dari penguatan komitmen, peningkatan akses layanan TBC, optimalisasi upaya promosi dan pencegahan TBC, pengobatan TBC dan pengendalian infeksi, kemudian pemanfaatan hasil riset dan teknologi.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan bahwa tingginya angka deteksi TBC pada 2022 merupakan sebuah komitmen dari pemerintah serta surveilans agar semakin awal untuk memberi pengobatan bagi pasien TBC.
''Pendeteksian adalah langkah awal untuk bisa mengobati pasien dengan TBC, sehingga tahun 2022 dilakukan deteksi TBC besar-besaran,'' kata Syahril dikutip dari laman resmi Kemenkes.
Sebab Syahril menyebut, penemuan kasus sedini mungkin serta pengobatan secara tuntas merupakan upaya terpenting guna memutus rantai penularan TBC di Indonesia.
Tak hanya itu, Menteri Kesehatan Budi Sadikin juga turut meminta semua jajaran kesehatan agar memprioritaskan pencarian pasien TBC sampai di angka 90% pada 2024 mendatang.
''Kemenkes menargetkan pencapaian deteksi TBC sebesar 90% pada 2024. Upaya skrining besar-besaran sudah dimulai sejak 2022,'' ujar dr. Syahril dikutip dari laman resmi Kemenkes.
Penulis: Mela Syaharani
Editor: Iip M Aditiya