Gempa yang melanda Myanmar pada Jumat (28/3/2025) lalu masih menyisakan duka mendalam. Gempa dengan magnitudo 7,7 ini menewaskan lebih dari 3.500 penduduk, mengguncang tidak hanya Myanmar, melainkan juga hingga ke Thailand. Myanmar pun masuk daftar 30 besar negara yang paling berdampak akibat gempa bumi dalam 35 tahun terakhir.
Gempa Myanmar ini disebabkan oleh pergerakan dua lempeng tektonik secara horizontal. Meski berjarak lebih dari 1.000 km, Bangkok yang terhubung dengan Myanmar lewat patahan lurus juga turut terdampak. Letak Myanmar yang berada pada pertemuan empat lempeng tektonik membuatnya rentang mengalami gempa bumi. Keempat lempeng tersebut adalah lempeng Eurasia, lempeng India, lempeng Sunda, serta lempeng mikro Burma.
Negara dengan Gempa Bumi Terbanyak
Menurut laporan National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), sejak 1990 hingga Maret 2025, Indonesia jadi negara kedua yang paling sering mengalami gempa bumi besar. Peristiwa gempa bumi yang dihitung di sini adalah gempa yang setidaknya harus memenuhi salah satu kriteria, yakni menimbulkan kerugian setidaknya US$1 juta, mengakibatkan 10 kematian, magnitudo minimal 7,5, atau berbentuk tsunami.
Hasilnya, NOAA mencatat telah terjadi 173 peristiwa gempa besar di Indonesia sejak 1990, terbanyak kedua di dunia.
Kejadian gempa bumi terbesar di Indonesia terjadi pada Desember 2004 di Aceh. Gempa bumi berkekuatan 9,1 skala Richer dari dasar Samudra Hindia dengan kedalaman 30 km lempeng Hindia mengakibatkan setidaknya 230 ribu jiwa meninggal. Tidak hanya itu, kekuatannya sempat naik menjadi 9,3 skala Richer, yang kemudian mengakibatkan gelombang tsunami dengan ketinggian 30 meter dan kecepatan mencapai 100 m per detik.
Indonesia yang terletak di wilayah cincin api Asia Pasifik menjadikannya rawan mengalami bencana alam, mulai dari gempa bumi hingga erupsi. Sebanyak 90% gempa bumi terbesar di dunia berlangsung di sepanjang wilayah cincin api ini. Indonesia sendiri berada di atas pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Tidak hanya itu, Indonesia juga mempunyai zona subduksi, yang merupakan titik pertemuan antara dua lempeng tektonik yang saling tumpang tindih. Zona subduksi ini berada di selat Sunda, yang sering mengakibatkan gempa besar di tanah air.
Di kawasan ASEAN, Filipina turut masuk dalam daftar, bertengger di posisi kedelapan dengan total 55 kejadian gempa besar. Myanmar sendiri berada di posisi ke-27 dengan tercatat mengalami 5 kejadian gempa besar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa Indonesia akan selalu berada di bawah ancaman gempa. Untuk itu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan diri. Mulai dari memastikan rumah atau tempat kerja telah dibangun sesuai standar tahan gempa, menyiapkan tas darurat berisi kebutuhan pokok seperti makanan, air, obat-obatan, pakaian hangat, senter, baterai, hingga dokumen penting, dan mulai mengedukasi diri untuk memahami apa yang harus dilakukan selama terjadi gempa.
Tetap tenang menjadi kunci, segera cari tempat untuk berlindung dan evakuasi diri dengan aman menggunakan tangga darurat alih-alih lift. Selalu waspadai ancaman tsunami jika berdomisili di daerah pesisir.
Menurut UU Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, pemerintah sejauh ini juga telah melakukan tindakan mitigasi dampak dengan mengatur tata ruang, pembangunan, infrastruktur, dan juga menyediakan penyuluhan dan pelatihan, baik secara konvensional maupun modern. Diharapkan upaya ini dapat menekan angka korban akibat bencana alam ke depannya.
Baca Juga: Catatan Bencana Alam di Indonesia pada 2025, Banjir Mendominasi
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor