Penduduk miskin ekstrem adalah kelompok masyarakat yang hidup dengan pendapatan jauh di bawah garis kemiskinan. Mereka sering kali tidak memiliki akses yang memadai terhadap kebutuhan dasar seperti pangan, air bersih, dan tempat tinggal layak.
Penghasilan yang mereka peroleh sangat minim, bahkan kadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan harian, sehingga menempatkan mereka dalam kondisi yang sangat rentan terhadap berbagai macam risiko ekonomi dan sosial.
Pekerjaan mereka umumnya tidak memberikan jaminan pendapatan tetap, dan sering kali bersifat informal atau tidak terlindungi oleh aturan ketenagakerjaan. Hal ini membuat mereka semakin sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinan karena tidak ada keamanan finansial yang cukup.
Variasi jenis pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk miskin ekstrem mencerminkan ketergantungan mereka pada berbagai upaya untuk bertahan hidup, sering kali dengan mengorbankan aspek-aspek penting seperti kesehatan dan pendidikan.
Pada Maret 2024, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa mayoritas penduduk miskin ekstrem bekerja di sektor pertanian, dengan proporsi mencapai 47,94%.
Ini menandakan bahwa hampir separuh dari kelompok ini menggantungkan hidupnya pada sektor yang sangat dipengaruhi oleh kondisi alam dan cuaca, sehingga penghasilan mereka pun cenderung fluktuatif dan rentan terhadap perubahan iklim atau bencana alam.
Selain sektor pertanian, sebanyak 13,23% penduduk miskin ekstrem bekerja di sektor tambang dan pengolahan.
Meskipun sektor ini dikenal mampu memberikan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan sektor lain, banyak dari mereka yang bekerja di posisi rendah tanpa keterampilan khusus, sehingga penghasilannya tetap terbatas.
Kondisi kerja yang berat dan berisiko menambah tantangan yang mereka hadapi dalam meningkatkan kualitas hidup.
Sektor konstruksi juga menjadi salah satu sumber penghasilan bagi penduduk miskin ekstrem, dengan 9,04% bekerja di bidang ini. Sektor ini menawarkan pekerjaan yang cenderung bersifat sementara dan tidak memiliki perlindungan ketenagakerjaan yang memadai.
Fluktuasi dalam permintaan tenaga kerja di sektor ini mengakibatkan pendapatan yang tidak tetap, sehingga menyulitkan mereka dalam menciptakan stabilitas ekonomi.
Pada sektor perdagangan dan akomodasi, hanya 3,3% penduduk miskin ekstrem yang bekerja. Meskipun sektor ini tumbuh pesat di berbagai daerah, akses terhadap peluang pekerjaan di bidang ini terbatas bagi kelompok miskin ekstrem karena batasan keterampilan dan modal yang dibutuhkan.
Sementara itu, sekitar 26,4% penduduk miskin ekstrem bekerja di sektor-sektor lainnya yang sangat beragam.
Kombinasi dari berbagai sektor pekerjaan ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi oleh penduduk miskin ekstrem dalam mencari penghidupan yang layak, sehingga upaya untuk meningkatkan kualitas hidup mereka membutuhkan solusi yang komprehensif dan lintas sektor.
Baca Juga: Kualifikasi Pengalaman dan Pendidikan Jadi Hambatan Utama dalam Mencari Kerja
Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Editor