Disabilitas merupakan individu yang mempunyai keterbatasan, baik itu secara fisik, intelektual, mental, atau sensorik dalam jangka waktu yang cukup lama. Kondisi ini mengakibatkan penderitanya terhambat dan kesulitan berinteraksi secara sosial.
Setidaknya terdapat empat pengukuran disabilitas menurut Washington Group Short Set on Functioning (WG-SS), mulai dari tipe 1 sampai tipe 4. Masing-masing tipe dibedakan berdasarkan hasil jawaban dari survei WG-SS.
Untuk disabilitas tipe 1, setidaknya satu dari pertanyaan diberi kode "agak kesulitan", “banyak kesulitan”, atau “tidak bisa mengerjakan sama sekali”.
Berbeda dengan tipe 1, disabilitas tipe 2 memiliki setidaknya satu dari pertanyaan diberi kode “banyak kesulitan” atau “tidak bisa mengerjakan sama sekali”, atau dua dari enam pertanyaan diberi kode “agak kesulitan”, “banyak kesulitan” atau “tidak bisa mengerjakan sama sekali”.
Disabilitas tipe 3 menjadi yang banyak digunakan bersama secara internasional, menjadi ukuran yang paling umum. Untuk tipe ini, setidaknya ada satu dari pertanyaan berkode “banyak kesulitan” atau “tidak bisa mengerjakan sama sekali”.
Mengutip dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk Potret Penyandang Disabilitas di Indonesia yang dirilis tahun 2024, prevalensi disabilitas tipe 3 di Indonesia mencapai 1,24% pada laki-laki dan 1,53% pada perempuan.
Jenis disabilitas bisa bervariasi, mulai dari disabilitas netra, rungu, daksa, emosi dan perilaku, hingga disabilitas intelektual. Melansir dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) disabilitas intelektual mencakup keterbatasan yang signifikan untuk melakukan tugas kognitif atau pemecahan masalah. Hal ini termasuk individu yang mengalami gangguan berpikir/belajar.
Survei BPS melalui hasil Long Form Sensus Penduduk 2020, memberikan gambaran terkait persentase penduduk dengan gangguan berpikir/belajar pada disabilitas tipe 3 di tiap provinsi.
Berdasarkan survei, Papua menempati posisi pertama sebagai provinsi dengan persentase penduduk yang memiliki disabilitas gangguan berpikir tipe 3 tertinggi, yaitu sebesar 0,54%.
Hal ini menjadi sorotan penting bagi Indonesia, khususnya pemerintah Papua, mengingat keterbatasan fasilitas pendidikan juga merupakan masalah utama di daerah tersebut. Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Papua tercatat sebagai daerah dengan jumlah sekolah paling sedikit pada Semester Ganjil 2025/2026, yaitu sebanyak 2,17 ribu unit sekolah.
Di posisi kedua ada DI Yogyakarta dengan 0,50%, diikuti dengan Nusa Tenggara Barat (0,42%) dan Nusa Tenggara Timur (0,40%). Hal ini menunjukkan wilayah Indonesia timur masih rentan terhadap jumlah penduduk dengan gangguan berpikir/belajar disabilitas tipe 3.
Sisanya, provinsi dengan persentase penduduk dengan disabilitas gangguan berpikir tertinggi adalah Kalimantan Timur (0,38%), Jawa Tengah (0,38%), Sulawesi Selatan (0,36%) DKI Jakarta (0,36%), Jawa Timur (0,35%), dan Sumatra Barat (0,34%).
Kata Kemendikdasmen Soal Hari Disabilitas Internasional 2025
Hari Disabilitas Internasional (HDI) 2025 diperingati pada Rabu (3/12/2025), mengusung tema Membina masyarakat yang inklusif disabilitas untuk memajukan kemajuan sosial.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Pendidikan Khusus, dan Pendidikan Layanan Khusus (Dirjen Vokasi, Pendidikan Khusus dan PLK) Kemendikdasmen Tatang Muttaqin mendukung penuh Asta Cita keempat Presiden Prabowo Subianto terkait penguatan sumber daya manusia (SDM) penyandang disabilitas.
"Saya merasakan betul ketika anak-anak saya dititipkan di pendidikan sekolah yang inklusif dan di setiap kelas ada 2-3 anak yang berkebutuhan khusus. Itu mereka (murid nondisabilitas) bergantian dalam hari itu untuk mendampingi," ujar Tatang seperti dilansir dari detikcom, Sabtu (29/11/2025).
Ia menyoroti betapa pentingnya kepedulian bagi para siswa disabilitas di sekolah inklusif.
"Saya melihatnya hal yang paling penting itu adalah meningkatkan kepedulian para siswa," tambahnya.
Dengan adanya peringatan Hari Disabilitas Internasional 2025 ini, diperlukan kolaborasi pemerintah daerah dan masyarakat untuk mendorong ekosistem pendidikan yang inklusif. Hal ini bertujuan untuk menanggulangi permasalahan anak disabilitas, khususnya dalam bidang pendidikan.
Baca Juga: Indonesia Memiliki Prevalansi Disabilitas Intelektual Tertinggi Dibandingkan Lainnya
Sumber:
https://www.bps.go.id/id/publication/2024/12/20/43880dc0f8be5ab92199f8b9/potret-penyandang-disabilitas-di-indonesia--hasil-long-form-sp2020.html
Penulis: Salamah Harahap
Editor: Editor