Kondisi ekonomi yang semakin tidak pasti mendorong warga Indonesia untuk menambah penghasilan di luar pemasukkan utama. Investasi menjadi jawaban akan kekhawatiran tersebut. Strategi ini dipilih untuk menambah penghasilan pasif di samping penghasilan utama yang sudah dimiliki. Dengan berinvestasi, uang yang dimiliki tidak akan terus diam dan mengalami penurunan nilai. Ragam pilihan investasi saat ini membuat warga Indonesia semakin mudah menentukan jenis investasi yang cocok dengan kondisi ekonomi saat ini.
Survei dari Snapcart menyebutkan bahwa 63% responden memandang investasi sebagai hal yang sangat penting dan 34% menganggapnya cukup penting. Hanya 3% responden yang menganggap investasi kurang penting dan 1% yang berpendapat investasi sama sekali tidak penting. Hal ini mencerminkan pertumbuhan positif dalam ekosistem investasi dalam negeri.
Survei yang dilakukan terhadap 4.130 responden secara daring pada April 2025 ini juga menyebutkan bahwa tingkat investasi cenderung berbeda di masing-masing kelompok sosial-ekonomi.
“Studi ini menemukan adanya tingkat aktivitas investasi yang berbeda di setiap kelompok sosial-ekonomi. Secara keseluruhan, 26% responden aktif berinvestasi, sedangkan 18% responden pernah berinvestasi namun sudah berhenti. Terdapat 20% responden yang baru saja mulai investasi, sedangkan 29% responden tidak pernah berinvestasi,” terang Research Manager dari Snapcart, Anggia, pada Rabu (30/4).
Menariknya, 46% responden mengaku belajar investasi dari YouTube. Hal ini menunjukkan pemanfaatan positif dari kemajuan teknologi, di mana kini bahan ajaran bisa diakses dengan mudah dan gratis, tanpa perlu membayar. Berbagai video terkait kiat-kiat investasi disajikan dengan pemaparan yang mudah dipahami di YouTube, mendorong minat anak muda untuk turut berinvestasi.
Selain YouTube, publik Indonesia juga belajar seputar investasi dari teman dan keluarga hingga melalui buku atau ikut kursus. Ada pula 17% responden yang mengaku tidak tertarik belajar investasi.
Kesadaran akan pentingnya investasi harus dibarengi dengan pemahaman yang juga meningkat. Tanpa pemahaman yang tepat, investasi bisa salah sasaran, dan malah berujung merugikan individu. Peluang dan risiko dunia investasi harus dipelajari baik-baik agar masyarakat bisa lebih percaya diri dan memperoleh keuntungan yang ditargetkannya selama berinvestasi.
Dalam hal ini, investasi bukan semata ikut-ikutan saja. Harus ada kesadaran finansial dan perencanaan yang matang di dalamnya.
“Banyak investor pemula terjebak dalam pola konsumtif yang terselubung di balik istilah ‘trading harian’ atau ‘saham gorengan’. Kecenderungan generasi muda yang membeli saham berdasarkan popularitas atau viralitas semata. Jangan hanya terpaku pada harga saham murah. Saham murah bisa jadi tidak layak beli jika tidak ada fundamental yang jelas. Lihat laporan keuangan, perhatikan dividen, dan pahami sektor industrinya,” tutur Venus Kusumawardana pada seminar Level Up Finansial: Saatnya Melek Pasar Modal di UMM, Rabu (7/5/2025).
Lebih lanjut, Dekan FEB UMM, Idah Zuhroh juga menekankan pentingnya kesiapan mental ketika melakukan investasi dan dalam mengelola keuangan secara menyeluruh.
“Literasi harus mendahului inklusi. Jangan terjun ke investasi hanya karena ikut tren saja tetapi, pahami dulu risikonya. Kita tidak bisa terus bergantung pada transfer orang tua. Jadikan penghasilan dari mereka sebagai modal untuk belajar mengelola keuangan secara bijak. Investasi bukan hanya tentang uang, tapi juga tentang pengetahuan, konsistensi, dan keberanian mengambil keputusan berdasarkan informasi yang akurat,” ujarnya.
Baca Juga: Realisasi Investasi Indonesia Capai Rp465 Triliun pada Triwulan I 2025
Penulis: Agnes Z. Yonatan
Editor: Editor