Pembangunan yang berfokus pada infrastruktur atau prasarana di Indonesia semakin didongkrak selama 5 tahun terakhir. Pembangunan besar-besaran ini merupakan salah satu langkah Indonesia mengejar ketertinggalan di antara negara-negara ASEAN.
Dalam Global Competitiveness Index (GCI) 2019 yang dirilis World Economic Forum, skor daya saing infrastruktur Indonesia masih berada di level 67.7 poin dari skala 0-100. Capaian tersebut membuat daya saing infrastruktur Indonesia berada di peringkat 72 dari 141 negara yang disurvei. Selain itu, daya saing infrastuktur Indonesia juga menduduki urutan kelima di kawasan ASEAN, di bawah Singapura dengan skor 95.4, Malaysia 78, Brunei Darussalam 70.1, dan Thailand 67.8.
Meski demikian, tingkat kepuasan masyarakat Indonesia terhadap infrastruktur yang ada cukup besar. Masyarakat Indonesia merasa jauh lebih puas dibandingkan dua negara yang memiliki daya saing infrastruktur yang tinggi, yakni Malaysia dan Thailand.
Hal ini merujuk pada laporan Global Infrastructure Index 2023 yang dipublikasikan oleh Ipsos, sebuah perusahaan riset multinasional. Dalam laporannya yang melibatkan lebih dari 22 ribu responden dari 31 negara berbeda itu menunjukkan, 38% responden merasa puas dengan infrastruktur yang ada di negaranya masing-masing, sedangkan, 30% di antaranya merasa tidak puas.
Tingkat kepuasan global terhadap infrastruktur tidak menunjukkan tren yang cukup baik. Angka kepuasan terus mengalami penurunan sejak 2020 yang saat itu merupakan tingkat kepuasan tertinggi selama 7 tahun. Tingkat kepuasan sebesar 43% mengalami degradasi bertahap hingga mencapai 38% di tahun 2023.
Sebagai informasi, infrastruktur dalam laporan ini meliputi jaringan jalan raya, kereta api, dan udara; utilitas seperti energi dan air, broadband serta komunikasi lainnya.
Survei yang diambil periode Mei-Juni 2023 itu memperlihatkan, tingkat kepuasan masyarakat Singapura, Indonesia, Belanda, dan India cukup positif. Tingkat kepuasan masyarakat Indonesia terhadap infrastruktur mencapai 66%, berada tepat di bawah kepuasan yang dirasakan masyarakat Singapura.
Daya saing infrastruktur Singapura dengan yang mencapai 95.4 poin sejalan dengan apa yang dirasakan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan tingkat kepuasan infrastruktur yang dimiliki oleh Singapura cukup tinggi dengan persentase sebesar 74%.
Sektor yang mendominasi kepuasan masyarakat Singapura di antaranya infrastruktur digital, sistem pertahanan banjir, pasokan air dan saluran pembuangan, serta jalan lokal. Sedangkan, sebagian dari responden merasa puas dengan jalan utama atau jalan tol, infrastruktur kereta api, bandara, dan pasokan perumahan baru di Indonesia.
Di Belanda, kepuasan yang mencapai 64% didominasi oleh infrastruktur energi terbarukan yang ramah lingkungan. Sementara itu, 62% tingkat kepuasan masyarakat India berada pada sektor infrastruktur teknologi pengisian Electric Vehicle.
Infrastruktur yang unggul memang menjadi hal yang cukup krusial dan digadang-gadang akan memberikan peranan bagi pertumbuhan ekonomi. Survei yang bekerja sama dengan Asosiasi Investor Infrastruktur Global itu menemukan rata-rata 69%negara global setuju bahwa investasi di bidang infrastruktur akan menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan perekonomian.
Oleh karena itu, untuk terus meningkatkan daya saing infrasttuktur Indonesia, pemerintah mengalokasikan anggaran infrastruktur sebesar Rp 417,4 triliun pada tahun 2021. Jumlah tersebut merupakan penggelontoran dana terbesar dalam enam tahun terakhir.
Penulis: Aslamatur Rizqiyah
Editor: Editor