WNA dari 154 Negara Telah Menggunakan Kereta Cepat Whoosh

Baru 10 bulan beroperasi, Kereta Cepat Whoosh telah menarik lebih dari 200 ribu penumpang WNA. Wacana perpanjangan hingga Surabaya masih bergulir.

WNA dari 154 Negara Telah Menggunakan Kereta Cepat Whoosh Kereta Cepat Whoosh | KCIC

Whoosh merupakan kereta cepat di Indonesia, yang juga adalah satu-satunya di Asia Tenggara. Sejak diresmikan pada Oktober 2023, kereta ini menjadi ikon nasional tanah air. Kereta ini diklaim mampu melaju dengan kecepatan 350 km/jam, menghubungkan 4 stasiun mulai dari Stasiun Halim, Stasiun Karawang, Stasiun Padalarang, serta Stasiun Tegalluar.

Dengan kecepatan tersebut, kereta ini mampu mempersingkat waktu tempuh antara Jakarta dan Bandung dari yang semula dalam 3 jam menjadi sekitar 45 menit saja.

“W-H-O-O-S-H, dibaca ‘wus’. Ini diinspirasi dari suara yang melesat dari kereta berkecepatan tinggi ini, dan singkatan dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat,” tutur Presiden Joko Widodo saat meresmikan kereta tersebut, Senin (2/10/2023) melansir Setkab.

Telah Dinaiki Ratusan Ribu Penumpang Internasional

Penumpang internasional Kereta Cepat Whoosh berdasarkan benua, Oktober 2023-Agustus 2024 | GoodStats

Data dari PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyebutkan bahwa setidaknya telah terdapat 200 ribu penumpang Warga Negara Asing (WNA) dari 145 negara yang telah menggunakan jasa Kereta Cepat Whoosh.

Hal tersebut cukup menarik mengingat operasional kereta ini baru sekitar 10 bulan saat data dirilis. General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa mengkonfirmasi hal tersebut.

"Berdasarkan data, penumpang WNA yang menggunakan Whoosh tersebut berasal dari 154 negara," katanya dalam keterangan resmi dari laman KCIC.

Dilihat dari benuanya, penumpang WNA yang menggunakan jasa kereta ini masih didominasi oleh WNA dari negara-negara Asia, dengan jumlah 148 ribu orang. Rinciannya, mayoritas WNA Asia berasal dari Malaysia (85 ribu), China (45 ribu), Singapura (30 ribu), serta Jepang (12 ribu).

Setelah Asia, posisi kedua dipegang Eropa dengan jumlah penumpang sebanyak 24 ribu terhitung sejak Oktober 2023 hingga Agustus 2024. Amerika Utara menyusul dengan 16 ribu penumpang, kemudian Oseania sebanyak 11 ribu penumpang, Afrika dengan 1.000 penumpang, diakhiri dengan penumpang dari Amerika Selatan sebanyak 900 orang.

Ketua Umum Asosiasi Travel Agent Indonesia (Astindo) Pauline Suharno mengatakan bahwa sejak adanya Whoosh, permintaan perjalanan tur yang menggunakan transportasi tersebut didominasi oleh pelajar dan perusahaan yang ingin mencoba kereta cepat.

“Adanya Whoosh ini sangat membantu sekali untuk kita mempromosikan Jakarta sebagai destinasi pariwisata, terutama untuk di negara-negara ASEAN. Karena (di) negara ASEAN ini baru Jakarta, baru kita Indonesia yang punya kereta cepat,” kata Pauline dalam laman KCIC.

Rencana Perpanjangan Kereta Cepat Hingga Surabaya

Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan bahwa terdapat rencana untuk memperpanjang rute kereta cepat menjadi ke Surabaya. Menurutnya, perpanjangan rute ke Surabaya harus melihat peluang pembangunan hingga Yogyakarta terlebih dahulu.

"Kita punya banyak pengalaman dari Jakarta-Bandung, mestinya lebih oke, lah, untuk extend ke Yogya dan Surabaya," kata Dwiyana melansir Detik.

Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) RI Budi Karya Sumadi mengatakan bahwa jika pembangunan hingga Surabaya terwujud, maka kereta cepat akan lebih kompetitif secara ekonomi dibanding moda pesawat terbang. Dengan begitu, waktu tempuh Jakarta hingga Surabaya hanya memakan durasi 2 jam saja.

“Kita akan letakkan dasar-dasar itu dan akan lebih mudah, karena kita sudah mengalami susah mudahnya membangun, mendesain, membebaskan tanah, mengoperasikan, dan mengkomunikasikan ke masyarakat,” kata Budi Karya dalam Bisnis.

Baca Juga: Biaya Bangun Kereta Cepat Rp780 Miliar/Km, Lebih Murah dari MRT?

Penulis: Pierre Rainer
Editor: Editor

Konten Terkait

Program Makan Siang Gratis Dapat Dukungan dari China, Indonesia Bukan Negara Pertama

Langkah ini tidak hanya mengatasi permasalahan gizi, tetapi juga menjadi bagian dari upaya global untuk memerangi kelaparan dan mendukung pendidikan.

Survei GoodStats: Benarkah Kesadaran Masyarakat Akan Isu Sampah Masih Rendah?

Survei GoodStats mengungkapkan bahwa 48,9% responden tercatat selalu buang sampah di tempatnya, 67,6% responden juga sudah inisiatif mengelola sampah mandiri.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook