Tahun Baru Imlek Disambut dengan Lonjakan Harga Bahan Pokok

Perlu adanya langkah-langkah strategis untuk mengatasi dampak ekonomi yang mungkin berlanjut setelah perayaan Imlek.

Tahun Baru Imlek Disambut dengan Lonjakan Harga Bahan Pokok Ilustrasi Jual Beli Bahan Pokok di Pasar Tradisional | Freepik

Seiring dengan menjelang Tahun Baru Imlek, masyarakat dihadapkan pada gejolak ekonomi yang tak terduga. Kenaikan harga bahan pokok sejak akhir Januari 2024 hingga 6 Februari 2024 menjadi dilema serius bagi masyarakat, terutama keluarga-keluarga yang bersiap menyambut perayaan tersebut. Lonjakan ini menjadi sorotan utama, terutama karena adanya hubungan erat antara kenaikan harga bahan pokok dan mendekatnya perayaan Imlek.

Tradisi Imlek yang kaya akan hidangan khasnya, termasuk yang membutuhkan berbagai macam bahan pokok dengan jumlah yang besar, telah memberikan dampak signifikan pada pasar. Mendekatnya perayaan Imlek yang sering kali diiringi dengan peningkatan permintaan pada berbagai bahan pokok ini, menciptakan tekanan pasar yang dapat mengakibatkan kenaikan harga yang tajam. Data dari Badan Pangan Nasional (Bapanas) memberikan gambaran yang mengkhawatirkan terkait sejumlah bahan pokok yang mengalami kenaikan yang cukup mencolok.

Salah satu bahan pokok yang menjadi perhatian utama adalah cabai merah keriting, yang mengalami kenaikan mencapai 6.82%. Kenaikan yang signifikan ini menjadikan harga cabai merah keriting yang semula Rp48.360 per kilogram, kini menyentuh harga Rp51.660 per kilogram. Kabar ini menjadi peringatan bagi masyarakat yang seringkali menyertakan cabai sebagai bumbu khas dalam hidangan perayaan Imlek. 

Tidak ketinggalan, harga daging ayam ras juga melonjak 1.63%, yang mana harga daging ayam ras saat ini mencapai Rp35.490 per kilogram. Kenaikan ini memberikan tekanan tambahan pada anggaran rumah tangga yang tengah bersiap menyambut tahun baru Imlek. Diduga alasan utamanya karena ayam sering menjadi pilihan utama dalam hidangan perayaan.

Beras, sebagai komoditas utama, juga tidak luput dari lonjakan harga. Beras premium dan beras medium mengalami kenaikan masing-masing sebesar 1.24% dan 1.04%. Hampir seluruh kalangan masyarakat Indonesia merasakan dampak kenaikan harga beras ini, dikarenakan beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia.

Meski minyak goreng kemasan sederhana dan jagung tingkat peternak mengalami kenaikan yang lebih rendah, masyarakat tetap dapat merasakan dampaknya. Kenaikan sebesar 0.64% pada minyak goreng dan 0.71% pada jagung tingkat peternak, memberikan gambaran bahwa seluruh rantai pasokan bahan pokok ikut terdampak oleh situasi ini.

Dalam kaitannya dengan protein hewani, daging sapi murni dan telur ayam ras juga tak luput dari lonjakan harga, meskipun dalam proporsi yang lebih rendah. Harga daging sapi murni mengalami kenaikan sebesar 0.26%, sementara telur ayam ras naik 0.21%. Kenaikan ini bisa dihubungkan dengan persiapan masyarakat yang meningkatkan konsumsi protein hewani menjelang perayaan Imlek.

Kenaikan harga bahan pokok yang signifikan ini menjadi perhatian bersama. Pertanyaan yang muncul adalah, siapa yang paling terdampak oleh lonjakan harga ini? Para pedagang kecil, warung makan keluarga, dan rumah tangga dengan anggaran terbatas mungkin merasa paling berat dampaknya. Dalam suasana persiapan Imlek yang seharusnya penuh kegembiraan, mereka harus berjuang untuk menyusun menu dengan biaya yang lebih tinggi.

Menanggapi fenomena tersebut, perlu adanya langkah-langkah strategis untuk mengatasi dampak ekonomi yang mungkin berlanjut setelah perayaan Imlek. Sebagai masyarakat, kewaspadaan dan strategi pengelolaan keuangan menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ekonomi ini dengan bijak. Melakukan perbandingan harga di berbagai tempat dan memilih alternatif bahan pokok yang lebih terjangkau bisa menjadi solusi untuk mengatasi dampak kenaikan harga ini.

Penulis: Brilliant Ayang Iswenda
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Pemerintah Setujui Rencana Produksi Batu Bara 922 Juta Ton Pada 2024

Pemerintah Indonesia telah menyetujui total tonase produksi batu bara sebesar 922,14 juta ton pada 2024 untuk 587 perusahaan.

Indonesia Impor Daging Australia Terbanyak di Tahun 2023

Produksi daging dalam negeri belum mampu memenuhi permintaan yang terus meningkat. Akibatnya Pemerintah masih harus mengimpor komoditas ini.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X