Deforestasi atau penggundulan lahan hutan merupakan permasalahan yang perlu diatasi melalui kerja sama yang baik dan tepat antar elemen, baik pemerintah maupun masyarakat. Dampak dari deforestasi hutan ini tak main-main, deforestasi yang berkelanjutan akan berdampak serius pada perubahan iklim dan penyerapan CO2.
Selama dekade terakhir, Indonesia masuk dalam daftar negara dengan deforestasi terparah. Berdasarkan data dari Global Forest Watch, Indonesia kehilangan 9,75 juta hektare hutan primer antara tahun 2002 dan 2020. Penyebab utama deforestasi ini adalah pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit.
Berdasarkan data dari Global Forest Watch, deforestasi paling banyak terjadi pada lahan Sumatra dan Kalimantan. Riau berada di urutan teratas dengan luas deforestasi hingga 3,9 juta hektare. Kemudian, disusul dengan tiga provinsi di Kalimantan dengan rata-rata 3,5 juta hektare.
Selanjutnya, Sumatra Selatan dengan 2,86 juta hektare, Jambi 1,67 hektare, dan Sumatra Utara 1,38 juta hektare. Kemudian di urutan ke-8, terdapat Kalimantan Selatan dengan 815.000 hektare, Sulawesi Tengah 723.000 hektare, dan Aceh 710.000 hektare.
Deforestasi yang terjadi di Indonesia menimbulkan dampak yang sangat serius baik tingkat nasional maupun internasional. Adanya kebakaran hutan yang tak terkendali, penebangan, dan membuka lahan perkebunan terus menerus, juga menjadi penyumbang emisi terbesar.
Peneliti isu perubahan iklim, Heru Santoso dalam Tempo mengungkapkan penyumbang besar emisi Indonesia berasal dari deforestasi dan kebakaran hutan, terutama di lahan gambut. Kemudian Greenpeace Indonesia dalam CNN, luas deforestasi berbanding lurus dengan bencana hidrometeorologi yang terjadi di kalimantan dan Sumatra. Hal ini dikarenakan daerah tangkapan air (DTA) di kedua provinsi tersebut sudah rusak.
Melihat dari data dan dampak yang sudah terjadi akibat deforestasi di Indonesia, diperlukan peningkatan upaya yang serius dan tepat dari berbagai pihak untuk menekan laju deforestasi.
Penulis: Brigitta Raras
Editor: Iip M Aditiya