Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara merupakan upaya pemerintah untuk mengusung pembangunan ekonomi yang inklusif. Adapun, pemerintah berencana untuk membangun IKN dengan menggunakan konsep Forest City.
Terletak di Provinsi Kalimantan Timur, pembangunan wilayah IKN ini berada pada lokasi strategis perlindungan keanekaragaman hayati (kehati). Berkaitan dengan ini, ada banyak satwa terancam punah akibat pembangunan IKN.
Hal itu terlihat dari hasil riset tim tenaga ahli dan perencana Kementerian PPN/Bappenas, yaitu Dadang Jainal Mutaqin, Muhajah Babny Muslim, dan Nur Gygiawati Rahayu dalam jurnal Bappenas Working Papers yang bertajuk Analisis Konsep Forest City dalam Rencana Pembangunan Ibu Kota Negara.
Merujuk pada hasil penelitian Dadang dkk., satwa yang paling banyak masuk ke dalam “daftar merah” atau terancam punah dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) adalah ordo primata. Delapan spesies tersebut termasuk orangutan, bekantan, owa kelawat, tarsius, kukang, beruk, lutung merah, dan lutung kelabu.
Selanjutnya, ada satwa dari ordo karnivora dengan jumlah sebanyak 6 spesies. Rinciannya adalah macan dahan, musang air, kucing emas, beruang madu, binturong, dan kucing batu. Diikuti oleh 6 spesies dari ordo bucerotiformes, yakni rangkong gading, julang jambul hitam, kangkareng perut putih, julang emas, julang cula, dan kangkareng hitam.
“Keberlangsungan satwa (di wilayah IKN) mulai terancam akibat adanya potensi degradasi habitat satwa,” tulis Dadang dkk.
Oleh karena itu, diperlukan kajian berbasis sains yang mendalam mengenai pemindahan ibu kota ini ke Kalimantan. Mengutip Media Indonesia, Ahli Zoologi dan Biologi Konservasi Jatna Supriatna mengatakan bahwa jangan sampai Indonesia seperti Brazil yang gagal memertahankan biodiversitas-nya akibat pemindahan ibu kota negara.
“Model pemindahan IKN mirip dengan pemindahan ibu kota di Brazil, Brasilia. Brasilia dianggap gagal karena banyak spesies endemik yang ikut hilang dan masyarakat adat juga terpinggirkan. Karenanya, diperlukan pakar biologi konservasi, antropologi, dan lain-lain terlibat dalam perencanaan pembangunan IKN,” kata Jatna dikutip dari Media Indonesia.
Sehubungan dengan ini, Direktur Utama LSM Stabil Kota Balikpapan Jufriansyah mengatakan bahwa diperlukan langkah-langkah yang tepat untuk melestarikan fauna dan flora di wilayah IKN. Diantaranya ialah dengan melakukan studi analitis mengenai kawasan nilai konservasi tinggi (NKT) dan pembangunan koridor satwa.
“Keberlangsungan fauna dan flora di wilayah IKN ini perlu dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan koridor satwa penghubung satu kawasan yang menjadi rumah mereka dengan yang lain,” tuturnya.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya