Vonis infertil sering menjadi momok yang menakutkan bagi banyak pasangan, terutama yang sangat mendambakan kehadiran anak. Stigma sosial terhadap infertilitas turut menambah beban psikologis bagi pasangan yang sedang menghadapinya.
Sebagai salah satu gangguan hormonal yang paling umum, sindrom ovarium polikistik atau Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) semakin hari semakin membuat khawatir wanita di seluruh dunia. Berdasarkan Office on Women’s Health, sekitar 1 dari setiap 10 wanita usia subur diperkirakan mengalami masalah PCOS.
Dalam rangka menyambut Bulan Kesadaran PCOS pada September ini, mari pelajari lebih lanjut tentang PCOS.
Apa Itu PCOS?
PCOS adalah gangguan ketidakseimbangan hormon yang memengaruhi fungsi ovarium, sehingga mengganggu proses ovulasi. PCOS sering kali ditandai oleh siklus menstruasi yang tidak teratur atau bahkan tidak menstruasi sama sekali.
Ovarium pada wanita dengan PCOS umumnya membentuk banyak kista kecil, yaitu kantung berisi cairan. Namun, kondisi seperti ini tidak selalu ditemukan pada setiap kasus. Diagnosis PCOS tetap bisa dilakukan meskipun tidak terdapat kista pada ovarium. Fenomena ini hanyalah satu dari berbagai gejala yang muncul ketika mengalami PCOS.
Banyak Wanita Tidak Menyadari Dirinya PCOS
Banyak wanita tidak menyadari bahwa mereka mengidap PCOS, yang menyebabkan tingkat diagnosis dan jumlah kasusnya lebih rendah daripada jumlah sebenarnya.
Rendahnya angka diagnosis ini disebabkan oleh fakta bahwa PCOS bukanlah kondisi yang mudah dikenali, dan kebanyakan baru mencari bantuan medis ketika dirinya menghadapi kesulitan untuk hamil.
Baca Juga: 90% Wanita Indonesia Tak Lakukan Deteksi Dini Kanker Payudara
Gejala dan Dampak PCOS
Gejala PCOS berbeda-beda pada setiap orang dan tidak ada kasus yang sepenuhnya sama. Walaupun begitu, ada beberapa gejala yang lebih sering muncul dibandingkan yang lain. Berikut merupakan gejala dari PCOS beserta dampaknya yang banyak ditemukan.
Berdasarkan hasil survei Fertility Family, tantangan kesuburan menjadi gejala PCOS dengan dampak paling signifikan. Sebanyak 79% penderita mengalami masalah ini. Perubahan berat badan menjadi gejala kedua yang paling berdampak dengan persentase 67%, diikuti oleh ketidakteraturan siklus menstruasi sebesar 56%.
Di luar itu, gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan rambut berlebih dan masalah kulit juga dipandang cukup berdampak. Beberapa dampak fisik dan mental lain pun juga disebutkan oleh penderita dalam survei.
Bagaimana PCOS Memengaruhi Kesuburan?
Penyebab infertilitas pada wanita dengan PCOS adalah penyumbatan kista berisi cairan di ovarium dan ketidakseimbangan hormon. Akibatnya, produksi sel telur yang sehat dan matang menjadi terhambat.
Melansir temuan Fertility Family, orang dengan PCOS akan sering mengalami amenore (tidak adanya periode menstruasi) atau justru periode menstruasi yang sangat deras. Hanya 20% wanita dengan PCOS yang mengalami ovulasi, membuatnya sulit untuk melacak siklus menstruasi dan membuat perencanaan kehamilan.
Studi lainnya yang secara khusus membahas tentang prevalensi infertilitas wanita PCOS menemukan bahwa wanita dengan PCOS memiliki kemungkinan 4,5 kali lebih besar untuk mengalami infertilitas. Berikut ini beberapa penyebab utama infertilitas pada wanita.
Health Match merangkum bahwa gangguan ovulasi merupakan 40% penyebab infertilitas pada wanita, sedangkan 85% kasus gangguan ovulasi berkaitan erat dengan PCOS. Artinya, PCOS memang memiliki kontribusi yang cukup signifikan dalam infertilitas wanita.
Baca Juga: Usia Hamil Pertama Wanita Indonesia, Mayoritas di Bawah 25 Tahun
Penderita PCOS Masih Dapat Memiliki Anak
Kendati demikian, PCOS bukan berarti merupakan vonis infertilitas. Banyak dari wanita dengan diagnosis PCOS masih dapat hamil baik secara alami (dengan pengawasan khusus) maupun menggunakan bantuan terapi dan pengobatan. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa menderita PCOS bukan berarti pasti mandul atau tidak bisa memiliki anak.
PCOS bukanlah penyakit, melainkan sindrom yang mencakup berbagai gejala yang memengaruhi metabolisme tubuh, terutama sistem reproduksi. PCOS merupakan kondisi kronis, sehingga tidak ada obat yang bisa sepenuhnya menyembuhkan PCOS.
Pengobatan yang ada saat ini lebih difokuskan untuk mengelola gejalanya dan membantu penderita menjalani hidup dengan lebih baik. Dengan perawatan yang tepat, gejala-gejala PCOS memang dapat dikendalikan. Namun penting untuk diketahui bahwa PCOS akan tetap menjadi bagian dari kehidupan penderitanya.
Penting untuk Peduli Kondisi Wanita dengan PCOS
Selain dampak fisik, PCOS juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental penderitanya. Hasil survei memperlihatkan bahwa 7 dari 10 orang merasa harga diri mereka terpengaruh secara negatif sejak didiagnosis dengan PCOS.
Medline Plus turut menyebutkan bahwa separuh dari wanita dengan PCOS masuk kategori ‘overweight’. Hal ini diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon yang membuat tubuh lebih sulit menggunakan insulin, sehingga sulit mengubah pati dan gula dari makanan menjadi energi.
Untuk itu, tidak mengherankan jika 9 dari 10 wanita dengan PCOS mengonfirmasi bahwa dirinya mengalami kesulitan menerima tubuh, dan 6 dari 10 penderita merasa mendapat penilaian negatif terkait masalah berat badan yang disebabkan oleh PCOS.
Sebagian menyalahkan diri sendiri karena merasa tidak dapat menjaga berat tubuhnya, sedangkan yang lainnya merasa tertekan akan stigma sosial. Padahal, hal ini jelas merupakan masalah hormonal.
Dalam hal ini, dibutuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap PCOS. Melalui Bulan Kesadaran PCOS pada September ini, mari dedikasikan diri untuk memperdalam pemahaman tentang PCOS, menghapus stigma yang ada, serta memberikan dukungan lebih kepada para wanita yang hidup dengan kondisi ini.
Baca Juga: Simak! Remaja Lebih Suka Hadapi Kesehatan Mental Lewat Aktivitas Kreatif
Penulis: Afra Hanifah Prasastisiwi
Editor: Editor