Ramah lingkungan atau yang dikenal dengan sebutan go-green mengacu pada suatu kebijakan ataupun keadaan yang berpedoman pada ekosistem atau lingkungan. Beberapa negara di dunia sudah menetapkan kebijakan untuk melindungi lingkungan, seperti pengelolaan sumber daya alam untuk menghasilkan energi.
Ramah lingkungan juga bermanfaat untuk menghambat pemanasan global, di mana suhu rata-rata bumi meningkat menjadi 0,74 ± 0,18°C selama seratus tahun terakhir. Dalam sebuah laporan Intergovernmental Panel Climate Change (IPCC), dinyatakan bahwa kenaikan suhu 1,5°C antara tahun 2021 dan 2040 (dengan perkiraan awal tahun 2030-an) mencapai lebih dari 50 persen.Terlebih, pemanasan ekstrem seperti gelombang panas semakin sering terjadi dibandingkan peristiwa pendinginan yang semakin jarang dan tidak terlalu parah.
Oleh karena itu, ramah lingkungan menjadi salah satu indikator yang menunjukkan negara tersebut nyaman untuk dihuni. Indikator kebersihan dan ramah lingkungan adalah ketersediaan air bersih, udara bebas polusi, penanganan limbah yang efisien, sanitasi, hingga mencapai kualitas hidup tiap individu.
Mengutip dari World Population Review tahun 2022, dirilis data negara paling ramah lingkungan. Hasil rilis tersebut didasarkan pada penelitian beberapa waktu lalu yang dilakukan para peneliti Universitas Yale dan Universitas Columbia yang bekerjasama dengan Forum Ekonomi Dunia untuk mengukur kebersihan dan keramahan lingkungan dari 180 negara di dunia.
Penelitian tersebut menciptakan standar penilaian, yakni Environmental Performance Index (EPI) yang terdiri atas 32 indikator dan 11 kategori, di antaranya adalah: kualitas udara; air; sanitasi; keanekaragaman hayati; habitat; hingga keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan penelitian tersebut, ditetapkan 10 negara paling ramah lingkungan yang ternyata didominasi oleh wilayah Eropa.
Denmark
Denmark menjadi negara paling ramah lingkungan dengan skor 82,5. Secara penilaian, Denmark mendapatkan skor 100 untuk pengelolaan air limbah dan indeks perlindungan spesies, sedangkan pengelolaan limbah memperoleh skor 99,8.
Denmark menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan lingkungan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencegah perubahan iklim. Keberlanjutan alam dan lingkungan Denmark juga meningkat melalui peningkatan jumlah hotel ramah lingkungan, perahu bertenaga surya, dan makanan organik.
Luksemburg
Luksemburg sebagai sebuah negara yang relatif kecil dengan populasi kurang dari 600.000 jiwa. Negara yang sebagian besar terdiri atas pedesaan dengan hutan lebat dan taman yang luas ini meraih skor 82,3 sebagai negara ramah lingkungan.
Meskipun populasi dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) terhitung pesat, Luksemburg mampu membuat kemajuan dalam membawa dampak positif bagi lingkungannya. Terlihat dari perolehan skor dalam beberapa kategori seperti sanitasi memperoleh skor 100, air minum mencapai skor 97,7 dan emisi polusi meraih skor 100.
Swiss
Swiss termasuk negara paling ramah lingkungan dengan skor 81,5. Negara ini dikenal dengan air bersih dan satwa liar yang melimpah. Swiss juga merupakan salah satu negara yang sangat peduli dengan lingkungan hingga tahun 2017 dinobatkan oleh PBB sebagai negara yang paling mencapai Sustainable Development Goals (SDGs).
Pencapaian Swiss menjadi negara ramah lingkungan dilakukan dengan berbagai usaha, di antaranya adalah sistem pengelolaan limbah; mendaur ulang limbah organik menjadi energi; serta pengendalian polusi udara melalui pabrik dan sebagainya. Melalui hal tersebut, Swiss dapat memperoleh skor yang baik dalam beberapa kategori seperti meminimalisasi emisi karbon dengan skor 0, air minum memperoleh skor 100, dan sanitasi memperoleh skor 100.
Inggris
Negara yang dikenal sebagai lokasi Big Ben berada memperoleh skor 81,3 sebagai negara ramah lingkungan. Pencapaian itu didukung dari penemuan teknologi ramah lingkungan yang terdapat pada energi bersih, transportasi, bangunan, dan tata letak smart grid. Bahkan, penemuan tersebut mendominasi Eropa lebih dari 80 persen.
Selain itu, Inggris merencanakan pembangunan rendah karbon dengan perkiraan menghabiskan dana Rp228 triliun dan menginvestasikan lebih dari Rp53,2 triliun untuk kendaraan listrik demi mengurangi pemakaian kendaraan yang menggunakan bensin. Negara yang populasinya mencapai 66,2 juta ini berhasil memperoleh skor yang baik untuk kategori air minum, sanitasi, dan emisi polusi.
Perancis
Perancis termasuk negara paling ramah lingkungan dengan skor 80. Meskipun Perancis menggunakan 80 persen tenaga nuklir untuk kebutuhan industrinya yang padat, ternyata hal tersebut secara signifikan membantu mengurangi emisi karbon hingga memperoleh skor 100 dalam emisi polusi.
Perancis juga memanfaatkan sumber daya alam dengan membuat turbin air di sepanjang sungai, adanya supermarket yang membuang makanan sisa, serta mulai menetapkan kebijakan transportasi ramah lingkungan.
Austria
Austria termasuk negara paling ramah lingkungan dengan skor 79,6. Dalam menjaga lingkungan, Austria menetapkan kebijakan ketat dalam penggunaan pestisida dan pupuk.
Austria memanfaatkan sumber daya alam berupa air dan angin hingga menghasilkan 76 persen pasokan listrik. Kebijakan di Austria mengenai tingkat polusi udara, bahan kimia, dan pengelolaan limbah disebut sebagai yang paling ketat di Eropa. Sehingga, kondisi hutan sebanyak dua per tiga disana masih terjaga.
Finlandia
Finlandia termasuk negara paling ramah lingkungan dengan skor 78,9. Usaha yang dilakukan masyarakat Finlandia adalah mengumpulkan sampah botol dan kaleng sehingga dapat dijual kembali ke mesin otomatis toko seharga 15-40 sen.
Finlandia juga memakai sekitar 35 persen energi yang dapat diperbarui dan memprioritaskan konservasi hutan. Melalui hal tersebut, Swiss dapat memperoleh skor yang baik dalam beberapa kategori seperti kesehatan lingkungan dengan skor 99,3; kualitas udara memperoleh skor 98,8; serta aspek sanitasi, air minum, dan paparan logam berat memperoleh skor 100.
Swedia
Swedia termasuk negara paling ramah lingkungan dengan skor 78,7. Negara tersebut berfokus pada kebijakan peningkatan penghijauan dan pelestarian hutan.
Penerapan pengelolaan sampah di Austria juga ketat, seperti adanya gerakan waste to energy di mana sekitar 50 persen sampah dibakar untuk diubah menjadi energi listrik sehingga emisi karbon yang dihasilkan Swedia dinilai rendah.
Norwegia
Norwegia termasuk negara paling ramah lingkungan dengan skor 77,7. Negara tersebut berhasil mendapatkan skor sempurna untuk sanitasi dan air minum.
Norwegia memanfaatkan sumber daya terbarukan untuk menghasilkan listrik sebesar 97 persen. Hingga akhir tahun 2020, pemerintah menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen.
Jerman
Jerman menjadi negara paling ramah lingkungan dengan memperoleh skor 77,7. Dikenal sebagai negara maju dalam bidang teknologi, Jerman ternyata berhasil mendapatkan skor 100 untuk sanitasi.
Jerman tetap berupaya meningkatkan keramahan lingkungan melalui revolusi energi terbarukan melalui investasi keberlanjutan.
Penulis: Naomi Adisty
Editor: Editor