Energi terbarukan adalah sumber energi dari alam dan bisa diolah maupun dimanfaatkan terus-menerus. Dilaporkan, Asia Tenggara perlu mengembangkan kapasitas energi baru terbarukan (EBT) sebesar 1.100 gigawatt (GW) agar dapat mencapai target emisi bersih dalam 30 tahun ke depan.
"Diperlukan tambahan kapasitas tenaga surya dan angin sebanyak 25 GW setiap tahunnya hingga 2050," ungkap Presiden Wartsila Energy Anders Lindberg dalam acara "Energi Transisi" dilansir dari Antaranews pada Rabu, (15/11/2023).
Namun, ia menilai bahwa menambah energi terbarukan harus diimbangi dengan kapasitas yang fleksibel. Misalnya seperti mesin penyeimbang jaringan dan penyimpanan energi untuk memastikan daya yang stabil. Terlebih, energi terbarukan memiliki tantangan tersendiri sebab produksinya bersifat intermitten dan bervariasi.
Asia Tenggara memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar. Ini dibuktikan dari laporan International Renewable Energy Agency (IRENA) yang menyebutkan bahwa dua per tiga kebutuhan energi di kawasan Asia Tenggara dapat terpenuhi hanya dengan memanfaatkan energi terbarukan saja pada tahun 2050.
Masih melansir IRENA, Vietnam memiliki kapasitas energi terbarukan terbesar di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2022. Tercatat, kapasitas EBT di negara tersebut mencapai 45,32 ribu megawatt (MW) atau sekitar 44,16% dari total kapasitas EBT di ASEAN.
Berikutnya, ada Indonesia di peringkat kedua dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik berbasis EBT mencapai 12.603 MW pada 2022. Adapun, kapasitas EBT di Indonesia didominasi oleh pembangkit listrik tenaga air (PLTA) atau hydropower yang mencapai 6.689 MW hingga 2022.
IRENA menambahkan, total kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga bioenergi di tanah air mencapai 3.087 MW dan pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dilaporkan mencapai 2.360 MW. Sedangkan, kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) hanya sebesar 313 MW.
Sementara, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) atau energi angin hanya sebesar 154 MW. Tercatat, pembangkit listrik berbasis EBT di Indonesia selain yang telah disebutkan juga didukung oleh biogas, renewable waste, solid biofuels, dan lainnya.
Menyusul Indonesia, selanjutnya ada Thailand yang menempati posisi ketiga dalam daftar negara dengan kapasitas energi terbarukan terbesar di Asia Tenggara yang mencapai 12.197 MW pada 2022. Lalu, Laos dan Malaysia mengekor dengan kapasitas EBT masing-masing sebesar 9.624 MW dan 9.044 MW.
Adapun dalam menyusun laporannya, IRENA mengolah data yang didapatkan dari berbagai sumber, seperti statistik resmi, kuesioner, laporan, artikel berita, asosiasi industri, dan sebagainya.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya