Perusahaan mobilitas global ECA International baru-baru ini merilis riset mengenai kota-kota dengan biaya hidup paling mahal bagi para ekspatriat. Mengejutkannya, Hong Kong terus menjadi kota termahal dalam daftar selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 2019 lalu. Hal ini didukung oleh kenaikan harga yang lebih tinggi serta mata uang yang lebih kuat selama setahun terakhir.
“Meskipun Hong Kong telah dipengaruhi oleh kenaikan inflasi global lebih sedikit daripada lokasi lain secara global sejak tahun lalu, tapi Hong Kong masih tetap menjadi kota dengan biaya hidup termahal di dunia,” kata Lee Quane selaku Direktur Regional Asia ECA International.
Survei mengenai kota-kota termahal tersebut dihitung dari berbagai faktor, mulai dari harga bensin, kebutuhan rumah tangga seperti susu dan minyak, utilitas, tarif sewa, hingga kekuatan mata uang lokal. ECA membandingkan harga barang serta harga jasa konsumen dari ratusan lokasi di seluruh dunia.
Biaya hidup dan perbandingannya dengan kota lain
Biaya hidup di Hong Kong menjadi tinggi karena ribuan penduduknya meninggalkan kota itu dalam beberapa bulan terakhir di tengah pemberlakuan karantina yang sangat ketat saat pandemi Covid-19. Quane menjelaskan bahwa Hong Kong menjadi kurang menarik bagi para ekspatriat karena adanya pembatasan dan persyaratan karantina.
Mengutip The Standard, ada faktor lain yang menyebabkan biaya hidup disana menjadi lebih mahal, yakni karena pemerintah Hong Kong tidak memiliki peta jalan (roadmap) pembukaan kembali yang solid mengenai kota mereka. Selain itu, adanya kesulitan dan tekanan yang didapat dari kabinet baru yang menjabat disana membuat kualitas hidup masyarakatnya tidak lebih baik.
Harga bensin disana dibanderol dengan harga 3.04 dolar AS (HK$23.8) atau Rp44,740.59 per liternya. Harganya mengalami kenaikan dari 2.71 dolar AS (HK$20.04) atau sekitar Rp39,879.68 per liternya dari bulan Juni 2021.
ECA juga membandingkan harga dari beberapa jenis barang, mulai dari harga kopi hingga harga tomat per kilogram sebagai perbandingan untuk menunjukkan perbedaan harga dari beberapa kota di dunia.
Harga minyak goreng per liternya sekitar 5.83 dolar AS atau Rp87,756.38. Sementara, di London bisa dibanderol dengan harga 3.08 dolar AS atau Rp55,892.68 dan di Sydney sekitar 4.83 dolar AS atau Rp71,042.54 per liternya.
Adapun, harga tomat per kilogram (2,2 pon) di Hong Kong sekitar 11.51 dolar AS atau Rp169,313.25, sementara di New York bisa dibanderol dengan harga 6.55 dolar AS atau sekitar Rp96,351.16 per kilogram.
Berikut daftar sepuluh kota di dunia dengan biaya paling mahal bagi ekspatriat menurut ECA Intenational di tahun 2022:
Lokasi | Ranking di tahun 2022 | Ranking di tahun 2021 |
Hong Kong | 1 | 1 |
New York | 2 | 4 |
Geneva | 3 | 3 |
London | 4 | 5 |
Tokyo | 5 | 2 |
Tel Aviv | 6 | 7 |
Zurich | 7 | 6 |
Shanghai | 8 | 9 |
Guangzhou | 9 | 10 |
Seoul | 10 | 8 |
Harga real estate yang mahal
Menurut laporan dari Demographia yang bertajuk, “Demographia International Housing Affordability 2022 Edition”, jumlah pasar perumahan di dunia yang dianggap tidak terjangkau telah meningkat sebesar 60 persen dibanding tahun 2019 sebelum pandemi Covid-19.
Hong Kong berada di daftar kota dengan harga perumahan paling mahal menurut Demographia di tahun 2022. Alasan mahalnya biaya perumahan di Hong Kong adalah kurangnya pasokan, sebagian karena kurangnya zona atau tanah untuk perumahan yang hanya mencakup tujuh persen dari kategorisasi perumahan. Adapun, New York mendedikasikan sekitar 75 persen luas lahannya untuk perumahan.
Melansir Databoks, 1 juta dolar AS atau sekitar Rp14,7 miliar hanya bisa membeli seluas 21 m² saja di Hong Kong. Sementara di New York, harga 1 juta dolar AS bisa membeli seluas 34 m² real estat.
Semua kota pada grafik diatas diklasifikasikan sebagai sepuluh kota dengan harga perumahan yang tidak terjangkau di dunia. Dari data Demographia, selama 12 tahun berturut-turut, Hong Kong menempati posisi teratas dengan skor 23,2. Sementara itu, Sydney berada di posisi kedua dengan skor 15,3 dan Vancouver menempati posisi ketiga dengan skor 13,3.
Skor tersebut diperoleh dari perhitungan median dalam menghitung keterjangkauan, yaitu harga rumah rata-rata kota di dunia dibagi dengan pendapatan rumah tangga rata-rata. Adapun, skor dengan nilai diatas 5,1 dikategorikan sebagai kota dengan harga perumahan yang paling mahal.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya