Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak tahun 2020 lalu sudah mempengaruhi berbagai sektor kehidupan, termasuk kegiatan belajar mengajar. Beberapa sekolah di seluruh dunia memberlakukan kebijakan penutupan sekolah untuk sementara waktu untuk menghindari penyebaran virus.
Menanggapi peristiwa ini organisasi kemanusiaan United Nations Children's Fund (UNICEF) dalam laporan yang berjudul The State of The Global Education Crisis menilai, anak-anak di negara berpenghasilan rendah dan menengah yang tidak belajar membaca pada usia sepuluh tahun akan meningkat hingga 70 persen dari sebelumnya yang hanya berjumlah 50 persen. Hal ini juga diperparah dengan penutupan sebagian sekolah di berbagai belahan dunia.
Penutupan sekolah di negara miskin diketahui berlangsung lebih lama dibanding negara maju. Sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau sekolah daring dinilai kurang efektif dikarenakan sumber daya yang kurang memadai. UNICEF menemukan fakta bahwa pandemi telah menambah angka ketidaksetaraan dalam pendidikan global.
Merilis data United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) sepanjang Maret 2020 hingga November 2021 ada sebanyak tujuh negara yang menutup sekolah selama lebih dari 80 minggu. Uganda menempatkan peringkat pertama sebagai negara dengan durasi penutupan sekolah terlama sepanjang pandemi yakni hingga 83 minggu.
Peringkat 2 terdapat Bolivia dengan durasi penutupan sekolah hingga 82 minggu. Disusul oleh India dan Nepal selama 82 minggu. Honduras dan Panama masing-masing menempati peringkat 5 dan 6 dengan durasi penutupan sekolah terpanjang yakni selama 81 minggu.
Di peringkat tiga terbawah dari sepuluh besar yakni terdapat Argentina, Kosta Rika, dan Ecuador dengan durasi penutupan hingga 79 minggu.
Sementara itu, menurut perhitungan UNESCO, Peringkat Indonesia berada di atas Korea Selatan dengan masing-masing durasi selama 77 dan 76 minggu selama pandemi berlangsung. Di Indonesia sendiri, pemerintah sempat melakukan percobaan buka - tutup sekolah selama periode tersebut. Pemerintah tetap memberlakukan sekolah tatap muka walaupun ditengah kemunculan varian Omicron.
Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya