PT Bio Farma hingga saat ini telah menyuntikkan dana investasi senilai Rp150 miliar untuk mengembangkan bahan baku obat domestik. Pemanfaatan dana tersebut digunakan untuk mendirikan fasilitas produksi bahan baku obat yang berlokasi di Delta Sillicone 1 Lippo Cikarang, Cikarang Selatan.
Dari total seluas 12 hektare pada kawasan tersebut, sebagian telah berdiri fasilitas produksi bahan baku obat berupa povidone iodine atau obat merah. Sebelumnya, bahan baku ini diimpor dari China oleh industri farmasi domestik untuk kebutuhan produksi dalam negeri menjadi produk Betadine atau sejenisnya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bio Farma Persero Honesti Basyir mengatakan kalau pihaknya membutuhkan waktu selama tujuh tahun untuk proses pengembangan 24 jenis bahan baku obat domestik. Target tersebut sudah dimulai sejak tahun 2016 lalu.
“Kalau dari target kita untuk merealisasikan 24 bahan baku obat dalam negeri sekitar tujuh tahun, sejak dimulai pada tahun 2016,” kata Honesti pada Senin, (6/6), melnasir Suara.com.
Ia melanjutkan, sebanyak 12 dari total target 24 bahan baku obat domestik sampai saat ini telah diproduksi oleh Bio Farma untuk kebutuhan farmasi dalam negeri. Jenis bahan baku tersebut di antaranya Simvastatin, Atorvastatin, Clopidogrel, Efavirenz, serta Entecavir.
Untuk saat ini, bahan baku obat kebanyakan masih diimpor dari sejumlah negara di dunia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), China merupakan negara pemasok bahan baku obat terbesar untuk Indonesia dengan jumlah sebesar 2,33 miliar Dolar AS pada tahun 2021.
Tingginya angka tersebut disebabkan oleh besarnya impor vaksin, terutama vaksin Covid-19. Adapun, jumlah tersebut mencapai 69,41 persen dari total impor obat-obatan yang mencapai 3,36 miliar dolar AS pada tahun lalu.
Negara-negara dengan total impor bahan baku terbanyak untuk Indonesia berikutnya adalah Amerika Serikat dengan jumlah 432,57 juta dolar AS. Diikuti dengan Belgia yang mencapai 221,32 juta dolar AS, Spanyol senilai 191,64 juta dolar AS, Belanda dengan nilai 70,34 juta dolar AS, Swiss sebanyak 54 juta dolar AS, Perancis mencapai 53,07 juta dolar AS, dan Puerto Riko senilai 3,27 juta dolar AS.
Menurut Honesti, bahan baku obat impor dinilai lebih murah ketimbang mengandalkan investasi industri farmasi lokal. Oleh karena itu, perlu komitmen pembelian yang besar dari berbagai pihak untuk mengembangkan dan membeli bahan baku obat domestik agar industri farmasi dalam negeri tidak lagi mengimpor bahan baku obat.
“Untuk itu diperlukan komitmen pembelian. Skala itu bisa naik dan kita bisa bersaing secara harga,” kata Honesti.
Penulis: Nada Naurah
Editor: Iip M Aditiya