Tak perlu dipungkiri lagi, Indonesia adalah negara kepulauan yang luas dan terdiri dari lebih dari 300 kelompok etnis yang hidup berdampingan. Setiap kelompok etnis memiliki budaya yang berbeda dengan seperangkat kepercayaan, pengetahuan, seni, hukum, dan adat istiadat yang unik. Budaya-budaya ini tercermin dalam segala hal dalam kehidupan mereka, mulai dari identitas, penampilan budaya, kerajinan tangan, hingga cara mereka mengekspresikannya melalui rumah adat.
Arsitektur rumah-rumah adat biasanya dibangun sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Setiap rumah adat juga mencerminkan aktivitas masyarakat, nilai-nilai luhur, dan pedoman hidup mereka. Berikut 7 rumah adat paling populer beserta keunikannya masing-masing.
1. Rumah Adat Bolon, Sumatera Utara
Rumah Bolon atau dikenal juga dengan nama Rumah Gargo merupakan rumah adat masyarakat Batak. Rumah yang dahulu dihuni oleh raja-raja Sumatera Utara ini terdiri dari beberapa jenis, diantaranya rumah Bolon Simalungun, Bolon Karo, Bolon Pakpak, dan Bolon Angkota.
Rumah Bolon terbuat dari kayu dengan konsep rumah panggung ini berciri khas tiang penyangga setinggi 1,75 m dan dindingnya yang dilengkapi dengan ornamen khas berdesain antropomorfik dan zoomorfik pada dinding luar rumah dihiasi ornamen untuk mengusir pengaruh jahat.
2. Rumah Gadang, Sumatera Barat
Rumah Gadang atau yang dikenal juga dengan nama Rumah Bagonjong atau Baanjuang berasal dari Sumatera Barat yang dalam bahasa Minangkabau memiliki arti ‘rumah besar’. Sebagai simbol persekutuan Minangkabau, rumah Gadang umumnya berfungsi sebagai institusi atau lembaga tradisional mereka. Sekarang, selain sebagai tempat hunian, rumah Gadang juga banyak digunakan untuk acara adat atau kumpul keluarga.
Rumah dengan bentuk segi empat ini memiliki ciri-ciri atap uniknya yang berbentuk meruncing mirip tanduk kerbau atau biasa disebut Gonjong. Bagian luar rumah Gadang juga memiliki hiasan berupa ukiran yang rata-rata dibuat dengan motif yang bervariasi seperti tanaman, bunga, buah-buahan, atau bentuk geometris.
3. Rumah Honai, Papua
Tempat tinggal sederhana milik suku Dani ini banyak ditemukan di wilayah timur Indonesia, khususnya di Papua Barat. Berbeda dengan rumah adat lainnya, rumah Honai memiliki arsitektur unik yang tidak menggunakan struktur rumah panggung. Umumnya dibuat tanpa jendela untuk mengusir cuaca dingin dan hewan predator.
Rumah berbentuk seperti jamur ini berlantai tanah dan mempunyai dua lantai. Lantai satu digunakan sebagai tempat berdiskusi masyarakat dan lantai dua digunakan sebagai tempat beristirahat. Seluruh keluarga tidak tinggal bersama dalam satu rumah Honai. Biasanya, anggota keluarga laki-laki dan perempuan tinggal terpisah di rumah yang berbeda. Rumah umumnya dibuat tanpa jendela untuk mengusir cuaca dingin dan hewan predator.
4. Rumah Krong Bade, Aceh
Masyarakat Aceh terkenal memiliki jiwa seni yang baik. Hal ini dituangkan dalam proses kreatif pembuatan rumah adatnya yang biasa disebut rumah Krong Bade. Arsitektur rumah adat ini memiliki akulturasi budaya karena berkaitan dengan sejarah masuknya agama Islam ke Indonesia.
Rumah adat ini juga memiliki struktur rumah panggung yang dibangun dengan menggunakan daun sagu. Perpaduan warna pada tangga rumah Krong Bade juga amat cantik. Atap rumah Krong Bade juga masih alami, yaitu dari daun rumbia dengan bentuk persegi panjang, dari timur ke barat.
Ada pula ukiran atau ornamen yang biasanya dipajang di dalam rumah. Ketika hiasannya semakin banyak, hal ini menandakan semakin tingginya status sosial pemilik rumah. Sayangnya, rumah yang biasa disebut rumoh Aceh ini sudah hampir punah.
5. Rumah Bale Sakenem, Bali
Keunikan dari rumah adat Bali, Bale Sakenem, adalah rumah ini terdiri dari satu kompleks dengan beberapa bagian di dalamnya. Setiap bagian memiliki tujuan yang berbeda. Bagian-bagian tersebut adalah Angkul-Angkul, Aling-Aling, Sanggah, Bale Manten, Bale Sakenem (atau kadang disebut Bale Dangin atau Bale Gede), Bale Dauh, Bale Sakapat, Pawaregen, dan Klumpu/Jineng.
Angkul-Angkul merupakan gerbang depan kompleks itu sendiri. Aling-Aling berfungsi sebagai pembatas antara Angkul-angkul dengan pekarangan. Sanggah berfungsi sebagai tempat ibadah pribadi bagi keluarga. Bangunan induk Bale Manten berfungsi sebagai tempat tinggal kepala keluarga dan pasangannya. Bale Sakenem berfungsi sebagai tempat menyelenggarakan upacara. Bale Dauh berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Bale Sakapat berfungsi sebagai ruang bersantai keluarga. Pawaregen berfungsi sebagai dapur tempat tinggal. Sedangkan Klumpu/Jineng berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi-padian keluarga.
6. Rumah Joglo, Jawa Tengah
Rumah adat Joglo berasal dari Jawa Tengah dan tersebar di seluruh penjuru Jawa dengan ciri khasnya masing-masing. Beberapa keunikan rumah Joglo yang populer antara lain atap sirap limas yang meruncing seperti gunung, teras luas, dan tiga pintu luar. Nama Tajug Loro sendiri berasal dari kata (Juglo) yang berarti 'dua gunung'. Gunung dianggap suci dan sakral sebagai tempat tinggal dewa.
Rumah Joglo umumnya ditopang oleh empat tiang utama yang disebut saka guru. Umumnya terdiri dari beberapa ruangan yang masing-masing memiliki fungsi berbeda diantaranya, yaitu pendopo sebagai ruang tamu, pringgitan sebagai ruang samping, ruang dalem atau ruang utama, dan terakhir senthong sebagai tempat penyimpanan.
7. Rumah Tongkonan, Sulawesi Selatan
Rumah Tongkonan merupakan milik masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan. Rumah adat ini melambangkan harkat dan nilai kekeluargaan masyarakat Toraja. Sama seperti kebanyakan rumah adat di Indonesia, rumah Tongkonan juga berbentuk rumah panggung. Keunikan dari rumah adat ini adalah bentuk atapnya yang menyerupai perahu terbalik yang secara tradisional dibuat dari ijuk atau daun sagu.
Rumah Tongkonan terutama difungsikan sebagai tempat tinggal masyarakat, baik untuk tempat tinggal, bersosialisasi, upacara, maupun lumbung padi. Biasanya rumah dicat dengan empat warna utama yaitu merah, kuning, putih, dan hitam. Dan sering kali dihiasi dengan kepala kerbau dan lain-lain seperti kepala ayam atau patung naga.
Penulis: Anissa Kinaya Maharani
Editor: Iip M Aditiya