Keputusan Tidak Menikah dan Punya Keturunan Meningkatkan Angka Kepemilikan Hewan Peliharaan

Fenomena "lonely economy" atau keputusan tidak menikah dan memiliki keturunan meningkatkan angka kepemilikan hewan peliharaan. Lalu bagaimana statistiknya?

Keputusan Tidak Menikah dan Punya Keturunan Meningkatkan Angka Kepemilikan Hewan Peliharaan Ilustrasi pemilik hewan peliharaan I Prostock-studio/Shutterstock

Pandemi Covid-19 yang kini masih melanda di berbagai belahan dunia kini telah berhasil mengubah banyak hal, seperti mengubah gaya hidup. Semua masyarakat dipaksa untuk melakukan pembatasan pertemuan demi menekan angka penyebaran. Hal tersebut yang akhirnya dapat membuat suatu fenomena baru, yakni lonely economy.

Kemunculan fenomena ini merupakan akar dari kehidupan masyarakat yang cenderung lebih banyak menyendiri pada saat pandemi. Mereka lebih memilih untuk tidak menikah atau menolak punya anak. Akibatnya, permintaan hewan peliharaan kian meningkat.

Mengutip laporan McKinsey, fenomena "lonely economy" semakin meningkat. Terlihat dalam grafik rata-rata rumah tangga di negara Asia mengalami tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Negara-negara tersebut juga termasuk negara berpopulasi besar seperti China dan Indonesia.

Dalam laporannya yang bertajuk "Beyond Income: Redrawing Asia's consumer Map", McKinsey merangkum kepemilikan hewan peliharaan di beberapa negara di Asia.

Tingkat kepemilihan hewan peliharaan di sejumlah negara Asia 2020 I Goodstats

Selama periode tahun 2025-2020, tren "lonely economy" meningkatkan hobi memelihara hewan di kawasan Asia. Angka kepemilihan hewan peliharaan di China meningkat 114 persen.

Sementara itu, Thailand dan Singapura juga menunjukkan peningkatan dengan jumlah masing-masing mencapai 23 persen dan 12 persen.

Selain itu, gaya hidup "lonely economy" juga menunjukkan beberapa pola baru seperti meningkatnya permintaan masakan siap saji dan perumahan unit tunggal.

Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Seluk Beluk Kebiasaan Menabung dan Pengelolaan Keuangan Anak Muda: Sudahkah Cerdas Finansial?

Kurangnya disiplin (37%) dan kebutuhan mendesak (29,4%) menjadi hambatan utama anak muda dalam menabung, mencerminkan tantangan dalam mengelola keuangan.

Transformasi Indonesia Menuju Pembangunan Berkelanjutan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2024 mencapai 75,02, masuk kategori tinggi menurut data BPS.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook