Pernyataan Presiden Prabowo mengenai pohon kelapa sawit beberapa waktu lalu mendapat banyak perhatian. Pasalnya, Prabowo mengungkapkan bahwa pohon kelapa sawit juga menyerap karbondioksida layaknya pohon lain.
Alasan tersebut digunakannya untuk mendukung pernyataan bahwa Indonesia perlu terus mengembangkan kelapa sawit, tanpa takut deforestasi.
“Namanya kelapa sawit ya pohon, ya kan? Kelapa sawit itu pohon, ada daunnya kan? Ya dia menyerap karbondioksida. Dari mana kita dituduh yang mboten-mboten aja itu orang-orang itu,” tutur Presiden Prabowo.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Nasional Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, akhir Desember 2024 lalu.
Setiap vegetasi memiliki daya serap karbondioksida berbeda-beda. Penelitian oleh Agus et. al (2013) mengungkapkan, pohon kelapa sawit memang dapat menyerap karbondioksida, namun daya serapnya rendah. Kelapa sawit dapat menyerap 40-60 ton karbondioksida per hektare per tahun.
Dalam penelitian ahli kehutanan dan lingkungan Endes N. Dahlan, pohon trembesi menempati posisi tertinggi sebanyak pohon dengan daya serap karbondioksida paling optimal.
Dibandingkan dengan pohon kelapa sawit yang menyerap maksimal 60 ton karbondioksida per hektare per tahun, daya serap pohon-pohon di atas masih jauh lebih tinggi.
Benarkah Perkebunan Kelapa Sawit Tidak Menyebabkan Deforestasi?
Konversi hutan menjadi perkebunan sawit dapat menurunkan keanekaragaman hayati dengan ragam vegetasi dibabat dan ditanami satu jenis vegetasi saja. Sejumlah spesies juga akan kehilangan habitatnya.
Selain itu, konversi hutan turut menurunkan daya serap terhadap karbondioksida. Menurut laporan Food and Agriculture Organization, hutan tropis dapat menyerap 200 ton karbondioksida per hektare per tahun, jauh lebih tinggi ketimbang pohon kelapa sawit.
Pembukaan lahan mengharuskan adanya proses pengeringan lahan gambut. Proses ini turut menghasilkan emisi karbon yang tinggi.
Selain itu, pada dasarnya pohon kelapa sawit memiliki sistem akar dangkal sehingga tidak optimal menahan air tanah. Akibatnya, bencana hidrologi jadi sangat rentan terjadi.
Perkembangan Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia
Berdasarkan Statistik Kelapa Sawit 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas perkebunan kelapa sawit mencapai 15,93 juta hektare. Produksi crude palm oil pada 2023 sendiri mencapai 47,08 juta ton.
Sebanyak 54,08% kebun kelapa sawit di Indonesia dikelola oleh swasta. Hanya 3,63% kebun yang dikelola oleh pemerintah dan 42,29% lainnya tergolong perkebunan rakyat.
Riau merupakan provinsi yang paling banyak menghasilkan kelapa sawit. Pada 2023, sebanyak 9,2 juta ton atau setara dengan 19,59% hasil produksi kelapa sawit diperoleh dari provinsi ini. Posisi kedua ditempati Kalimantan Tengah dengan hasil produksi sebesar 8,4 juta ton atau mencapai 17,98%.
Baca Juga: India Jadi Negara Utama Tujuan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia
Penulis: Ajeng Dwita Ayuningtyas
Editor: Editor