Pada 2023, neraca perdagangan kakao Indonesia mencatatkan defisit 462 ton, yang berarti volume ekspornya masih lebih rendah dibanding impor. Padahal, Indonesia merupakan salah satu produsen biji kakao terbesar di dunia, bertengger di urutan ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana.
Menurut Ketua Dewan Kakao Indonesia Soetanto Abdoellah, bahan baku biji kakao dari dalam negeri gak cukup buat memenuhi industri, yang mendorong impor kakao yang tinggi.