Meski Keberatan Tarif Naik, Transportasi Online Dinilai Lebih Menguntungkan

Bukan tanpa alasan, ketergantungan masyarakat akan pemakaian ojol tidak dapat dilepaskan dari manfaat yang mereka dapatkan. Apa saja alasan mereka?

Meski Keberatan Tarif Naik, Transportasi Online Dinilai Lebih Menguntungkan Ilustrasi pengemudi ojol I Harismoyo/Shutterstock

Isu kenaikan tarif ojek online atau biasa disebut ojol banyak mengundang respon penolakan, baik dari pengemudi hingga pengguna. Banyak yang menilai bahwa besaran kenaikan tarif ojol berpotensi membebani masyarakat.

Terbukti dalam survei Research Institute of Socio-Economic Development (RISED) yang bertajuk "Persepsi Konsumen Terhadap Kenaikan Tarif Ojek Daring di Indonesia" ada sebanyak 58,8 persen responden tidak setuju dengan adanya kenaikan batas tarif per kilometer dan tarif minimum yang mencapai 30-60 persen sesuai dengan Kepmenhub No. 564/2022.

Apabila tarif ojol tetap dinaikkan 53,3 persen responden menyatakan akan kembali menggunakan kendaraan pribadi dan harapannya kebijakan tarif minimum dapat dikaji ulang.

Para pengguna ojol yang didominasi oleh warga yang tinggal dan atau bekerja di ibu kota mengaku merasa keberatan. Jika diklasifikasi per zona wilayah, penolakan tertinggi terdapat di zona II atau berada di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) dengan tingkat penolakan sebesar 76,97 persen responden.

Bukan tanpa alasan, ketergantungan masyarakat akan pemakaian ojol tidak dapat dilepaskan dari manfaat yang mereka dapatkan. Survei yang sama menyebutkan terdapat beberapa alasan yang membuat konsumen menggunakan jasa ojek online.

Alasan masyarakat Indonesia menggunakan ojek daring 2022 I GoodStats

Adapun dari beberapa alasan tersebut, alasan utama konsumen menggunakan jasa ojol adalah karena faktor fleksibilitas waktu. Dari 1.000 respon yang disurvei, ada sebanyak 726 responden atau 72,6 persen menyatakan sangat terbantu akan fleksibilitas waktu karena konsumen dapat memesan dimanapun dan kapanpun.

Faktor lain yang juga menjadi alasan para pengguna jasa ojol adalah adanya fleksibilitas pembayaran sebanyak 541 responden atau 54,1 persen. Penggunaan ojol memudahkan konsumen dengan berbagai metode pembayaran, baik menggunakan uang tunai maupun menggunakan dompet digital seperti GoPay, OVO, Dana, dan lain sebagainya.

Selain itu para reponden juga beralasan memiliki ojol karena waktu tempuh yang dapat diprediksi (44,8 persen), keterjangkauan tarif (42,4 persen), rasa aman karena identitas pengemudi dan pertanggungjawabannya jelas (41,8 persen), dan layanan pintu ke pintu atau door-to-door (23,1 persen).

Lebih lanjut, survei ini dilakukan pada 19 hingga 22 Agustus 2022 dengan melibatkan 1.000 responden yang dihimpun melalui survei daring. Reponden merupakan pengguna aktif aplikasi ojek daring dalam satu bulan terakhir.

Survei ini dilakukan di 9 wilayah, yakni Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Malang, Medan, Palembang, dan Makassar dengan margin of error berada di kisaran 1,03 persen.

Penulis: Nabilah Nur Alifah
Editor: Iip M Aditiya

Konten Terkait

Nastar hingga Kastengel, Inilah Kue Kering Favorit untuk Idul Fitri 2024!

Apa saja kue kering yang menjadi andalan masyarakat Indonesia untuk Idul Fitri 2024?

Indonesia Penyumbang Sampah Sisa Makanan Terbesar di ASEAN

Indonesia menyumbang sampah sisa makanan sebanyak 20,93 juta kg setiap tahunnya, setara dengan kerugian sekitar Rp231-551 triliun.

Terima kasih telah membaca sampai di sini

Dengan melakukan pendaftaran akun, saya menyetujui Aturan dan Kebijakan di GoodStats

atau

Untuk mempercepat proses masuk atau pembuatan akun, bisa memakai akun media sosial.

Hubungkan dengan Google Hubungkan dengan Facebook
Student Diplomat Mobile
X